Nama : Septi Wahyuningsih
NIM :
G1D014074
Kelompok : 3
Prinsip koreksi miopi, hipermetropi, dan presbiopi
Mata
merupakan salah satu jenis indera yang ada pada manusia. Kegunaannya sangat
menunjang aktivitas dan kehidupan manusia sehari-hari. Namun mata mampu
mengalami kelainan refraksi yang menyebabkan terganggunya fungsi mata. Secara
kllinis, kelainan refraksi terjadi akibat kerusakan pada akomodasi visual,
entah itu akibat perubahan biji mata maupun kelainan pada lensa. Ada tiga
kelainan refraksi yang disebabkan kelainan pada lensa yaitu miopi, hipermetropi,
dan presbiopi.
Miopi disebut juga rabun jauh karena
berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik.
Miopi terjadi jika kornea dan lensa berkekuatan lebih atau bola mata terlalu
panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan
retina. Miopi ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam dioptri. Klasifikasi
miopi antara lain ringan (3D), sedang (3-6D), berat (6-9D), dan sangat berat
(29D).
Gb 1.1 Miopia
Gejala
miopi antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
tertentu atau dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat
pada mata, dan jarang sakit kepala.
Koreksi mata miopi yaitu dengan memakai lensa negatif
ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam
mata. Biasanya pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan kaca mata dan
lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat menyebabkan pengecilan ukuran benda
yang dilihat, yaitu pada setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda
sekitar 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada
kornea melalui pembedahan keratotomi radial dan
keratektomi fotorefraktif.
Hipermetropi
adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina.
Hipermetropi terjadi jika kekuatan antara panjang bola mata dan kekuatan
pembiasan kornea serta lensa lemah tidak sesuai sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang
sumbu bola mata atau disebut hipermetropi aksial, seperti yang terjadi pada
kelainan bawaan teertentu, atau penurunan indeks bias refraktif atau disebut
hipermetropia refraktif, seperti afakia atau tidak mempunyai lensa.
Gb 1.2 Hipermetropia
Penderita
hipermetropia sulit untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Bila
hipermetropi lebih dari +3,00 D maka penglihatan jauh juga akan terganggu.
Penderita hipermetropi hingga +2,00 D dengan usia muda masih dapat melihat jauh
dan dekat tanpa kaca mata dengan mudah, namun tidak demikian bila usia sudah
mencapai 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang
diakibatkan melemahnya otot siliar untuk berakomodasi dan berkurangnya
kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa berangsur-angsur tidak dapat
memfokuskan bayangan pada retina sehingga bayangan akan lebih terletak di
belakang retina. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit
yaitu 0-2,00 D.
Penderita
hipermetropi akan merasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang
juling atau melihat ganda. Mata dengan keluhan hipermetropi akan memerlukan
lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata.
Koreksi hipermetropi adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang
memberikan ketajaman seperti dalam penglihatan normal. Penderita hipermetropi
sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan
ketajaman penglihatan maksimal.
Presbiopia
adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia yaitu berkurangnya daya
akomodasi mata untuk melihat dekat secara perlahan-lahan. Presbiopia terjadi
karena penuaan lensa dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Pada
penderita presbiopia mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan
sinar pada saat melihat dekat.
Gejala
presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mulai terjadinya
tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus atau ukuran pupil,
kegiatan penglihatan penderita, dan lain-lain. Gejala presbiopia antara lain setelah
membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca
dengan mendekatkan objek bacaan, dan sering membutuhkan sinar yang lebih terang
untuk membaca.
Koreksi
presbiopi adalah dengan menggunakan kaca mata bifokus sehingga dapat melihat
jauh dan dekat. Penderita presbiopi membutuhkan kaca mata tambahan untuk
membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu +1D unutk 40 tahun,
+1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk
60 tahun. Jarak baca biasnya 33 cm sehingga tambahan +3D adalah tambahan lensa
positif terkuat yang bisa diberikan.
Daftar pustaka :
Crowin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Surya, Y. 2009. Optika. Jakarta: Kandel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar