Selasa, 23 Desember 2014

Prinsip Koreksi Miopi, Hipermetropi, Presbiopi



Nama          :    Septi Wahyuningsih
NIM           :    G1D014074
Kelompok  :    3


Prinsip koreksi miopi, hipermetropi, dan presbiopi

Mata merupakan salah satu jenis indera yang ada pada manusia. Kegunaannya sangat menunjang aktivitas dan kehidupan manusia sehari-hari. Namun mata mampu mengalami kelainan refraksi yang menyebabkan terganggunya fungsi mata. Secara kllinis, kelainan refraksi terjadi akibat kerusakan pada akomodasi visual, entah itu akibat perubahan biji mata maupun kelainan pada lensa. Ada tiga kelainan refraksi yang disebabkan kelainan pada lensa yaitu miopi, hipermetropi, dan presbiopi.
 Miopi disebut juga rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopi terjadi jika kornea dan lensa berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina. Miopi ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam dioptri. Klasifikasi miopi antara lain ringan (3D), sedang (3-6D), berat (6-9D), dan sangat berat (29D).


Gb 1.1 Miopia

Gejala miopi antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu atau dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, dan jarang sakit kepala.
Koreksi  mata miopi yaitu dengan memakai lensa negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat menyebabkan pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu pada setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda sekitar 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea melalui pembedahan keratotomi radial dan  keratektomi fotorefraktif.
Hipermetropi adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropi terjadi jika kekuatan antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea serta lensa lemah tidak sesuai sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata atau disebut hipermetropi aksial, seperti yang terjadi pada kelainan bawaan teertentu, atau penurunan indeks bias refraktif atau disebut hipermetropia refraktif, seperti afakia atau tidak mempunyai lensa.



Gb 1.2 Hipermetropia

Penderita hipermetropia sulit untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Bila hipermetropi lebih dari +3,00 D maka penglihatan jauh juga akan terganggu. Penderita hipermetropi hingga +2,00 D dengan usia muda masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan mudah, namun tidak demikian bila usia sudah mencapai 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk berakomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga bayangan akan lebih terletak di belakang retina. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2,00 D.
Penderita hipermetropi akan merasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Mata dengan keluhan hipermetropi akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropi adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan ketajaman seperti dalam penglihatan normal. Penderita hipermetropi sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia yaitu berkurangnya daya akomodasi mata untuk melihat dekat secara perlahan-lahan. Presbiopia terjadi karena penuaan lensa dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Pada penderita presbiopia mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mulai terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus atau ukuran pupil, kegiatan penglihatan penderita, dan lain-lain. Gejala presbiopia antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca dengan mendekatkan objek bacaan, dan sering membutuhkan sinar yang lebih terang untuk membaca.
Koreksi presbiopi adalah dengan menggunakan kaca mata bifokus sehingga dapat melihat jauh dan dekat. Penderita presbiopi membutuhkan kaca mata tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu +1D unutk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasnya 33 cm sehingga tambahan +3D adalah tambahan lensa positif terkuat yang bisa diberikan.



Daftar pustaka :
Crowin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Surya, Y. 2009. Optika. Jakarta: Kandel.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar