Selasa, 23 Desember 2014

Mengapa Mengantuk Menyebabkan Menguap?




Nama          :    Septi Wahyuningsih
NIM           :    G1D014074
Kelompok  :    3


Mengapa mengantuk menyebabkan menguap?

Proses tidur adalah sebuah proses fisiologis yang bersiklus bergantian. Manusia normal umumnya juga melakukan proses tersebut walaupun hanya 1 jam dalam sehari. Bila tidak terpenuhi kebutuhan tidur yang baik maka hal ini tentunya akan menyebabkan orang mengantuk. Ketika mengantuk kandungan oksigen di dalam otak dan paru-paru berkurang. Di dalam paru-paru terdapat alveoli yang berfungsi sebagai pengalir oksigen ke dalam darah dan mengangkut karbondioksida untuk dilepaskan ke luar rubuh. Jika alveoli ini tidak mendapat udara segar, ia akan kempis dan paru-paru akan mengeras. Pada saat inilah otak akan mengarahkan mulut untuk menguap dan menarik udara secukupnya untuk diserapkan ke dalam sel-sel darah emrah di dalam badan dan organ-organ lain yang memerlukan oksigen. Menguap juga merupakan sinyal dari alam bawah sadar kalau tubuh kurang bergerak.
Menguap adalah tindakan refleks dari kegiatan menghirup udara dan peregangan di gendang telinga diikuti oleh kegiatan menghembuskan napas. Menguap biasanya dihubungkan dengan kelelahan, stres, kelebihan kerja, kurangnya stimulasi, dan kebosanan. Tujuan dari menguap adalah untuk mengontrol temperatur otak yang diakibatkan oleh terlalu panasnya otak  di luar batas normal maka dibutuhkan udara dari luar tubuh yang cukup banyak untuk mendinginkan otak. Pada umumnya orang-orang yang sering membuat otaknnya bekerja keras, seperti para pelajar dan mahasiswa yang akan menghadapi ujian akhir, akan dapat lebih mudah membuat otaknya menjadi panas.
Menguap adalah salah satu cara efektif yang dilakukan oleh tubuh kita untuk menurunkan suhu otak yang meningkat. Faktor-faktor lain seperti kelembaban udara, musim, usia, jenis kelamin, kecukupan tidur malam, banyaknya waktu yang dihabiskan di luar ruangan, dan lain sebagainya tidak begitu banyak berpengaruh terhadap aktivitas menguap yang dilakukan tubuh secara otomatis. Jika kita banyak menguap berarti kondisi otak kita sedang tidak normal akibat suhu otak yang meningkat.

Gb 1.1 Menguap
 
Saat menguap, peregangan di daerah radang meningkatkan aliran darah di leher, wajah, dan kepala. Menarik napas dalam ketika proses menguap membuat cairan di tulang belakang dan darah dari otak mengalir ke bawah. Udara sejuk yang dihirup ketika menguap membantu mendinginkan cairan ini. Proses ini berjalan seperti halnya radiator, melepaskan darah yang suhunya lebih rendah yang berasal dari paru-paru, kaki, dan tangan sehingga mendinginkan permukaan otak. Penyebab mengapa seseorang yang mengantuk akan lebih sering menguap, hal ini karena kelelahan dan kurang tidur mengakibatkan kenaikan temperatur otak sehingga tubuh kemudian secara refleks menguap berkali-kali untuk mendinginkan temperatur.
Menguap berlangsung di bawah kontrol beberapa neurotransmitter dan neuropeptida, seperti dopamin, asetilkolin, serotonin, asam amino excitatory, hormon adrenokortikotropik terkait peptida, nitrit oksida, dan oksitosin. Bagian dari otak yang berperan dalam proses menguap adalah hipotalamus.
Menguap memberikan beberapa manfaat yang baik untuk tubuh antara lain meningkatkan efisiensi mental, ketika menguap itu berarti otak mengalami kelelahan, hal ini memicu otak untuk merangsang syaraf agar lebih reaktif dan sadar sehingga membantu relaksasi, meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan ke memori semula. Menguap juga membantu menghidupkan kembali ritme sirkardian tubuh, ritme sirkardian membantu mengingatkan kembali batas-batas alami dalam siklus ativitas dengan cara mengingatkan bahwa saat ini bukan waktunya tidur. Ketika menguap kadar dopamin akan meningkat sehingga dapat mengurangi tingkat stres berlebih di otak dan meningkatkan kinerja otak, Semakin sering menguap, semakin banyak bahan kimia alami diaktifkan dan sesorang akan merasa segar dan bahagia.

Daftar pustaka :
Asih, N.G.Y., Effendy, C. 2004. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC.
Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar